Kajian Al Quran

Haji dan Hikmah Keteladanan Nabi Ibrahim


2 bulan yang lalu


haji-dan-hikmah-keteladanan-nabi-ibrahim

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam. Semua umat Islam yang memiliki syarat terutama modal materiil diwajibkan untuk menunaikannya. Selain itu, banyak hikmah haji yang dibentang oleh Allah untuk menginspirasi kaum muslimin menjadi orang yang semakin bertakwa kepada Allah. 

Pelaksanaan ibadah haji terkait erat dengan sejarah kehidupan Nabi Ibrahim. Artinya, sejarah kehidupan beliau adalah salah satu yang harus diambil keteladanannya bagi umat Islam. 

Allah SWT berfirman:

فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS Ali Imran: 97).

Allah SWT memulai firman-Nya dengan kalimat ”واذ/waidz” yang maknanya adalah "dan ingatlah, dan perhatikanlah, dan cermatilah”. Maka materi yang ada setelah kalimat tersebut menjadi konten penting untuk dikaji. Dalam hal ini adalah sejarah perjalanan hidup dan hikmah keteladanan Nabi Ibrahim yang sangat penting untuk dikaji kemudian diambil hikmahnya oleh umat Islam.

 وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ

“Dan ketika Nabi Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa perintah, ia melaksanakannya dengan sempurna” (QS Al-Baqarah: 124).

Di antara keteladanan Nabi Ibrahim yang patut kita contoh antara lain:

1.    Beliau diuji di luar batas kemampuan manusia, tetapi tetap sabar dan ihlas. Beliau termasuk kelompok lima rasul yang Ulul Azmi, yaitu melewati ujian yang paling berat namun penuh kesabaran, keridhaan, dan berhusnudhon dalam menghadapinya sehingga beliau mendapat titel dari Allah sebagai khalilullah, seperti firmanNya وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا “Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai kekasih”. (QS An-Nisa ayat 125).

2.    Beliau dibakar hidup-hidup setelah mengalami penolakan dakwahnya oleh masyarakat. Namun, menjelang dilempar ke atas kobaran api, beliau pasrah tawakkal kepada Allah seraya berdoa  حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل


“bagiku cukuplah Allah (dalam segala hal) dan dialah sebaik-baik tempat bertawakkal (HR  Bukhari). Akhirnya Nabi Ibrahim selamat tidak terbakar seujung rambut pun. Sebab, Allah memerintahkan api menjadi dingin dan menyalamatkan Ibrahim. 

3.    Beliau diperintah Allah untuk hijrah ke Mekkah yang saat itu merupakan tempat sepi dan tandus serta tidak berpenghuni dan diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi. Seraya melepas keluarganya tersebut, beliau berdoa:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Wahai Tuhanku, aku tinggalkan sebagian keturunanku di lembah yang gersang, tak ada tanaman sedikit pun di dekat rumah-Mu yang mulia. Duhai Allah, semoga mereka selalu mendirikan salat dan jadikan hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, berilah mereka rezeki buah-buahan agar mereka bersyukur” (QS Ibrahim: 37).

Saat semua perbekalan habis, sedangkan si bayi menangis, Siti Hajar harus berlari mencari mata air bolak-balik dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah hingga tujuh kali, namun tak menemukan mata air. Tapi, melalui kekuasaan dan cara Allah, keajaiban muncul dan terjadilah mata air zam-zam mengalir deras. Air ini dinikmati berjuta-juta manusia hingga kini.

4.    Beliau diuji lagi, diperintah untuk menyembelih Ismail, putra yang sangat disayangi dan dinanti puluhan tahun kelahirannya. Rintangan godaan syetan tidak dapat mengalahkan Ibrahim untuk tetap meyembelihnya dan terjadilah proses penyembelihan terhadap Ismail, namun saat penyembelihan terjadi dan pisau telah menempel di leher Ismail, Allah mengganti Ismail dengan domba. Ini artinya Allah telah menerima Ibrahim hingga batas ketaatan tertinggi. Yang luar biasa lagi adalah pernyataan ketaatan Ismail.

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

”…Ismail menjawab, ”Wahai Ayah, lakukan apa yang diperintahkan Allah. Insya Allah aku termasuk orang yang sabar” (QS As-Saffat: 102).

Inilah hasil pendidikan Ibrahim terhadap Ismail dalam mempersiapkan putranya menjadi kader yang memiliki ketaatan yang luar biasa. Demikian pula Ibrahim telah berhasil mendidik istri untuk hanya melihat ketaatan terhadap semua yang diperintahkan Allah sehingga anggota keluarga menjadi satu visi pemahanam, yaitu ”taat kepada Allah SWT” dan ahirnya keluarga selalu bersabar, ridha menerima takdir, dan selalu berbaik sangka kepada Allah. Dalam hadis Qudsi dari Abu Hurairah Allah berfirman:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ

“Aku tergantung prasangka hamba-Ku. Jika ia berbaik sangka kepada-Ku, baginya takdir baik. Apabila ia berburuk sangka kepada-Ku, baginya takdir yang buruk” (HR Ahmad).

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan Ibrahim memimpin umat dan keluarga yang bahagia adalah didikan dengan fondasi iman yang kuat, penuh kesabaran, serta taat dan ridha terhadap takdir Allah. Kini kepemimpinan Ibrahim telah menjadi teladan yang penting bagi kita semua menuju ummat dan keluarga yang bahagia.