Kajian Al Quran

Idul Adha dan Hikmah Kurban


2 bulan yang lalu


idul-adha-dan-hikmah-kurban

Peristiwa Idul Adha tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup perjuangan nabiyullah Ibrahim as. Kisah ini sangat kaya nilai dan hikmah yang dapat diambil pelajarannya. Berbagai sisi kehidupan sejak masa Ibrahim muda sampai setelah berkeluarga menginspirasi umat manusia. 

Secara intelektual, Nabi Ibrahim saat muda memiliki logika berpikir kritis di atas rata-rata masyarakatnya. Kecerdasan yang sangat mendalam itu dilukiskan dalam Al-Qur’an. 

”Ketika malam telah menjadi gelap dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata ”Inilah Tuhanku” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, ”Aku tidak suka kepada yang terbenam”. Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata ”Itulah Tuhanku”. Tetapi, ketika bulan itu terbenam, dia berkata, ”Sungguh jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata “inilah Tuhanku” ini lebih besar”. Tetapi, ketika matahari terbenam, dia berkata, ”Wahai kaumku! Sungguh aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang yang musyrik.” (QS Al-An’am [6]: 76-79). 

Kesimpulan dari perenungan ini, Ibrahim menemukan Tuhan yang sangat hakiki, yakni Allah SWT. Meski demikian, masyarakat sekelililingnya tidak bisa menerima hasil pencarian pemikiran dan perenungan yang mengantarkan keimanan kepada Dzat Yang Maha Esa. Penolakan datang dari berbagai kalanagan, termasuk orang tuanya sendiri. Ibrahim tetap sabar menghadapi kenyataan. 

Ibrahim as adalah sosok manusia tangguh. Ia memiliki keberanian yang luar biasa. Ia gigih  dalam mempertahankan dan memperjuangkan keyakinannya walau secara politik berseberangan dengan penguasa. Meskipun Raja Namrud mengancam keselamatan jiwa dan raga, Nabi Ibrahim tegar menghadapinya. 

Semangat persaudaraan universal telah dikumandangkan oleh Ibrahim ribuan tahun silam. Ia menyeru umat manusia di muka bumi di mana saja berada untuk bersatu bersama-sama dengan hati yang bersih, ikhlas, sabar, semangat, dan dengan keimanan hadir di Baitullah Kakbah di Mekah. 

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh” (QS Al-Hajj: 27). 

Sampai di era modern ini, seruan Nabi Ibrahim itu terbukti. Manusia berduyun-duyun hadir.  Mekkah pun semakin semarak. 

Nabi Ibrahim as juga dikenal sebagai orang tua yang sukses membentuk sumber daya manusia unggul. Kedua putranya, yaitu Nabi Ismail dan Nabi Ishak, berhasil menjadi pemimpin umat yang tangguh menghadapi berbagai tantangan dan gangguan untuk mencapai tujuan tertinggi mengarahkan umat kepada keesaan Allah. 

Di zaman modern sekarang ini, kita dituntut untuk bisa menjadi orang tua yang tangguh. Dapat berperan mengantarkan putra-putrinya menjadi generasi unggul di tengah-tengah tantangan global yang sangat berat. Tugas utama sebagai orang tua yang diamanahkan dalam Al-Qur’an dapat disimak dalam surat Taha. 

”Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya” (QS Taha [20]: 132). 

Orang tua harus bisa menjadi teladan dan bapak yang saleh di hadapan putra-putrinya. Menjadi orang tua yang penuh perhatian pada anak-anaknya walau sesibuk apa pun. Menjadi ayah yang akrab dengan anak-anaknya sehingga bisa menyelami berbagai problem putra-putrinya.

Idul Adha dikenal pula sebagai Hari Raya Kurban. Hari berbagi daging hewan ternak yang sangat kaya protein dan dibutuhkan untuk kesehatan tubuh manusia. 
Syariat berkurban hewan ternak ini mengingatkan kepada umat manusia, ternyata keberadaan manusia tidak bisa terlepas dari hewan ternak. Manusia sangat memerlukan hewan ternak. Manfaat ternak untuk kehidupan manusia merupakan sumber bahan makanan yang lezat, sarana transportasi, dan membantu untuk pekerjaan manusia. Hewan ternak juga menjadi simbol kesuksesan seseorang. Ternak merupakan aset kekayaan harta yang sangat mudah ditukar menjadi uang sebagai sektor bisnis yang menguntungkan. 

Manusia pasti harus ingat bahwa hewan ternak itu adalah rezeki dari Allah. ”Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu. Sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan” (QS Ghafir [40]: 79).

Atas kenikmatan itu, Allah juga memerintahkan manusia untuk saling berbagi. Memberikan sebagian dari daging kurban untuk orang lain, terlebih yang sangat membutuhkan. 

"Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” (QS Al-Hajj: 34). 

”Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengam apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS Al-Hajj: 36-37).  

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah pelajaran dari Idul Adha ini untuk lebih meningkatkan keimanan serta lebih gemar berbagi. Aamiin yaa rabbal a’lamin.