Hikmah

Idul Fitri dan Semangat Meningkatkan Ketakwaan


sebulan yang lalu


idul-fitri-dan-semangat-meningkatkan-ketakwaan

Ramadhan telah berlalu. Datanglah bulan Syawwal. Bulan itu diawali dengan momentum yang sangat penting, Idul Fitri. Ini menjadi tanda berakhirnya tugas suci sebagai orang yang beriman melaksanakan ibadah puasa yang ditempuh satu bulan penuh. Tibalah saatnya memasuki hari kemenangan. Berhasil menekan syahwat, menghalau segala perilaku yang dilarang, serta sukses membelenggu rayuan setan. Kita pun kembali pada yang suci. Segala dosa terlebur dalam ampunan Allah. 

Puasa sebagai wahana melatih manusia agar setiap detik dalam tambahan umurnya semakin membawa kebaikan, hidupnya penuh manfaat, dan makin dekat dengan Sang Maha Pencipta. Terhindar dari serangan nafsu syahwat yang selalu mengajak jalan yang sesat. 

Manusia makhluk yang sangat sempurna yang dilengkapi akal dan nafsu syahwat. Imam Al Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub menyatakan bahwa Allah menciptakan tiga golongan makhluk. Dia menciptakan malaikat dan memberi mereka akal, tetapi tidak memberi mereka syahwat. Dia menciptakan hewan dan memberinya syahwat, tetapi tidak memberinya akal. Dia menciptakan anak cucu Adam dan memberi mereka akal dan syahwat. Barangsiapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, maka hewan lebih baik daripada dirinya. Barangsiapa yang akalnya mengalahkan syahwatnya, maka dia lebih baik daripada malaikat.

Dalam diri manusia, telah bersemayam syahwat, yaitu dorongan nafsu untuk berbuat menyimpang dan hina. Adapun setan merupakan pasukan dari luar yang menyerang dari berbagai lini untuk mengajak berbuat maksiat dan yang diharamkan. Jika keduanya, yakni antara rayuan setan dan syahwat, bertemu, tentulah manusia itu akan terjerumus. 

Rasulullah SAW memberikan resep agar manusia tidak mempan tergoda bisikan setan. Hal ini seperti yang Baginda SAW sampaikan, ”Sesungguhnya setan itu menyusup dalam aliran darah anak Adam, maka persempitlah jalan masuknya dengan lapar (puasa)”. (HR Bukhari dan Muslim). Maka, puasa seperti yang disampaikan oleh Umar bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al Khaubawiy maknanya menahan diri dari apa yang dirindukan nafsu. 

Tentu saja kemuliaan puasa itu tidak terbatas pada bulan Ramadhan saja. Syariat puasa bertujuan untuk menjadikan manusia makin bertakwa dan memperbaiki kualitas hidup secara fisik dan spiritualnya sepanjang masa. Tugas berikutnya bagi setiap orang yang beriman ialah mempertahankan dan meningkatkan semangat perjuangan menuju keagungan Allah. Hasil latihan menahan nafsu yang sangat berat itu dipraktikkan dalam menyongsong kehidupan pada bulan-bulan berikutnya. 

Hakikatnya, berperang melawan hawa nafsu ini tidak pernah redup. Semangat nilai-nilai puasa senantiasa menyala sepanjang masa menghiasi perjalanan hidup sampai kelak bertemu Sang Pencipta. 

Selamat menyongsong masa depan lebih baik dengan senantiasa mengharap ridha Allah.