Edukasi

Ikan Laut


19 hari yang lalu


ikan-laut

Oleh: Ustaz Mim Saiful Hadi

Pagi itu saya membantu istri menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak-anak berangkat ke sekolah. Saya menggoreng beberapa potong ikan laut yang telah direndam garam dan ulekan bawang putih. Ketika mengangkat ikan-ikan dari baskom hendak dimasukkan ke dalam wajan, terlintas dalam pikiran ”Ini ikan kenapa mesti dikasih garam ya, bukankah asalnya hidup di air laut yang asin?” Karena agak tergesa-gesa dan harus fokus pada penggorengan, pertanyaan tersebut saya simpan.

Beberapa waktu kemudian, saya coba ulik dengan pertanyaan lain, ”Mengapa ikan hidup di laut tetapi tidak menjadi asin?” Kata Mbah Google, ”Ikan laut memiliki organ (ioncytes) dalam insang yang aktif bekerja memisahkan garam dari air laut yang dihirupnya dan mengeluarkan dari tubuhnya.” Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ikan laut akan menjadi asin ketika berada di laut, jika organ tersebut tidak bekerja lagi alias mati.
Terdapat kesamaan dengan manusia, merujuk pada sabda Rasulullah SAW bahwa ada satu organ dalam diri manusia, yang dapat menentukan diri manusia menjadi baik atau buruk, terpuji atau tercela, diliputi pahala atau berlumur dosa, yaitu hati. Keberadaan hati bagi manusia menentukan dirinya menjadi asin atau tetap tawar dalam menjelajah samudera dunia yang terhampar nyaris tak bertepi.

Menjadi asin karena hatinya telah mati, mudah sekali tercemari oleh beragam anasir yang dibawa oleh beragam entitas yang hidup dalam keseharian kita. Udara yang dihirup, air ketika direguk, makanan saat dikunyah atau kelezatan lain dari aneka pesona hidup. Jika hati telah mati, maka udara akan berubah menjadi angan yang melambung tinggi hingga lupa siapa diri. Jika hati telah mati, air yang direguk akan berubah menjadi minuman yang mencabut kesadaran, menghilangkan akal, tidak mengenal lagi norma dan nilai yang berlaku bagi manusia. 

Ikan yang mati di laut akan terkontaminasi oleh garam, kemudian menjadi asin. Demikian pula dengan manusia, jika mati hatinya, maka akan menjadi kejam melebihi binatang paling buas sekalipun, atau menjadi lebih hina dari kotoran binatang yang paling menjijikkan.

Ikan dengan insang yang sehat akan tetap hidup dan tawar, meskipun jutaan kubik ton limbah berracun, mencemari air laut dan bertahun-tahun berenang dalamnya. Manusia dengan hati yang sehat dan bersih, jati dirinya akan tetap utuh dan imannya kokoh tak tergoyahkan.

Allah memberi kita hidup di dunia dengan bekal iman, yang tertanam kuat di dalam hati. Iman sebagai bekal pokok untuk dapat menghadapi setiap tantangan dan kesulitan yang akan terjadi, baik kesenangan dan kesusahan sepanjang perjalanan hidup. Rusak atau matinya iman akan menyebabkan ragam keadaan yang melingkupi kita setiap hari, akan merusak hati setiap manusia hingga mematikannya (qalbun mayyitun). 

Menjaga iman sesungguhnya sama dengan menjaga hati. Menjaga iman untuk tetap tertanam kuat dalam hati, membutuhkan perjuangan yang keras dan panjang, sepanjang hidup manusia itu sendiri. Perjuangan menjaga iman membutuhkan energi besar, yang diperoleh dari setiap amal baik yang dilakukan. Setiap amal baik ibarat sepotong batu bara dalam tungku api atau setetes bahan bakar yang menciprat pada mesin setiap kendaraan, atau ibarat sebatang pagar yang melindungi diri dari setiap ancaman dan rayuan yang akan menjerumuskan dalam keburukan.  

Sungguh Allah SWT selalu memberi peringatan pada setiap kesempatan dan keadaan, agar semua manusia tidak terlepas dari ikatannya kepada Allah SWT dan terjaga dari segala keburukan dan kemaksiatan. Wallau a’lam bisshawab.