Hikmah

Meneladani Rasulullah SAW


2 tahun yang lalu


meneladani-rasulullah-saw

 

Seorang muslim dikatakan sempurna apabila di dalam hatinya telah tertancap rasa iman. Unsurnya terdiri atas lima keyakinan. Salah satu dari keyakinan itu percaya sepenuh hati bahwa manusia yang bernama Muhammad putra Abdullah bin Abdul Muthtalib merupakan manusia pilihan, diutus oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul. Misinya adalah membimbing umat manusia agar manusia dapat menjalankan tugas hidup dengan baik serta berhasil menggapai prestasi unggul selamat dunia dan akhirat. 

Dari segi fisik, Muhammad manusia biasa sebagaimana umumnya. Perlu makan, minum, dan kebutuhan hidup lainnya. Juga bergaul dengan kerabat handai taulan dan antar sesama manusia. Sementara yang membedakan dengan manusia lainnya dalam diri Rasulullah SAW adalah ia memiliki kesempurnaan perilaku yang sangat dikagumi oleh semua orang. Ia dihiasi akhlak yang santun dalam setiap perilaku yang ditampilkan. Wajah atau raut mukanya selalu tersenyum.

Sebagai orang muslim, kita tentu sangat bersyukur memiliki sosok idola panutan yang terus hidup sepanjang waktu dan zaman. Padahal, jasadnya telah tiada.  

Walaupun termasuk generasi akhir zaman yang tidak pernah bertemu secara langsung dengan baginda Rasulullah Muhammad SAW, dalam hati kita telah bersemayam rasa cinta yang amat mendalam. Dengan kepercayaan yang kokoh atas diri Nabi SAW segala apa yang disampaikan dan dicontohkan ingin rasanya dijalakan dengan semangat tiada tara, bahkan rela mengorbankan harta dan jiwa. 

Rasulullah SAW memberikan apresiasi yang sangat mulia bagi generasi yang tidak sempat bertemu dengan beliau. Tetapi, dalam hatinya ada iman serta mengamalkan ajarannya. Hal itu sebagaimana kisah yang disampaikan oleh Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apakah kalian mengetahui siapa yang paling mengagumkan imannya?" Para sahabat menjawab, "Imannya para malaikat ya Rasulullah". Mendengar jawaban ini, Nabi menjawab, "Bagaimana para malaikat tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan perkaranya." Mendengar jawaban ini, para sahabat pun menjawab "Para Nabi, ya Rasulullah." Rasulullah pun bersabda, "Bagaimana para Nabi tidak beriman, sedangkan malaikat datang dari langit membawa wahyu (untuk mereka)." Para sahabat pun berkata, "Sahabat-sahabatmu, ya Rasulullah." Rasulullah pun kembali tidak membenarkan jawaban para sahabat dengan alasan bagaimana sahabat tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan mukjizat dari Rasul serta memberi tahu wahyu yang diturunkan. Lalu Nabi menyampaikan, ”Orang-orang yang datang sesudah wafat Nabi dan beriman kepadanya padahal mereka tidak pernah melihat Nabi, tapi membenarkannya dan percaya atas mukjizat yang diberikan kepadanya.” 

Dalam kisah yang lain juga disampaikan dari Abu Said Al Khudriy ra. Dari Rasulullah SAW bahwa ada seorang  laki-laki berkata kepdanya. ”Ya Rasulullah, beruntunglah orang yang melihatmu dan yang beriman kepadamu. Beliau menjawab, ”Beruntunglah orang melihatku dan beriman kepdaku, kemudian beruntunglah bagi orang-orang yang beriman kepadaku padahal ia tidak melihatku.” Apa keberuntungan itu. Nabi menjawab, ”Satu pohon di surga seratus tahun perjalanan ahli surga barulah ia keluar dari naungannya.”

Ada tiga hal utama yang diajarkan oleh Rasulullah yang perlu menjadi teladan umat manusia. 

Pertama, keimanan. Rasulullah SAW mengajarkan keimanan yang bersih. Allah Maha Esa, Maha Kuasa. Hanya kepada-Nya manusia mengabdi dan beribadah. 

Kedua, ajaran tentang tata cara beribadah. Panduan tentang tata cara beribadah telah dicontohkan sangat jelas dan detail. Para sahabat telah mencatat secara rapi melalui keterangan-keterangan hadis Nabi SAW. 

Ketiga, tata cara bergaul berhubungan antar sesama manusia dan cara memperlakukan lingkungannya. 

Keseluruhan dari pokok-pokok ajaran itu telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dengan sempurna melalui peran-peran yang telah ditampilkan sepanjang kehidupan sejak sebelum kenabian sampai masa kenabian. 
 
Al-Qur’an menerangkan dengan sempurna, ”Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah” (QS Al-Ahzab: 21). 

Secara tegas, Al-Quran meyakinkan umat manusia perihal kesempurnaan kepribadian Rasululah SAW. ”Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS Al Qalam: 4). 

Keteladan dan ajaran Rasulullah SAW ini sangat relevan dan sangat diperlukan untuk membimbing perjalanan manusia. Ini menjadi sandaran untuk menjawab berbagai persoalan kehidupan, terlebih di era modern sekarang ini.

Ciri manusia modern semakin jauh dengan nilai-nilai ketuhanan. Manusia modern merasa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah cukup untuk menghantarkan hidup bahagia di dunia ini. Yang patut direnungkan secara mendalam, apa benar pandangan manusia modern itu? 

Kenyataanya sangat banyak persoalan kehidupan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu dan teknologi semata. Dalam pandangan agama, manusia merupakan makhluk yang sangat lemah. Apalagi berkaitan dengan kehidupan kelak di akhirat. Hidup setelah di dunia ini, akal manusia tidak mampu menerangkan bagaimana keberadaan manusia pada kehidupan kelak di akhirat. Maka, informasi dari Rasulullah SAW sangat penting untuk bisa memberikan pencerahan bagi umat manusia. 

Bagaimana cara meneladani Rasulullah di era sekarang ini? Bersyukur karena Rasulullah telah mewariskan ilmu yang sangat agung sebagai pedoman dan tali pengikat agar tidak keluar dari batas aturan yang telah dirancang oleh Dzat Yang Maha Pencipta alam raya beserta isinya. 

Semuanya telah terangkum dalam Al-Qur’an dan hadis, yang telah dipelajari dan disampaikan oleh para ulama. Bercerminlah selalu dengan dua warisan luhur itu. Semoga kecintaan kita kepda Nabi SAW makin kokoh dengan meneladani keagungan perilakunya.